5.17.2014

10 YANG TIDAK AKAN MASUK SURGA



Bismillahir-Rahmaanir-Rahim
     Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
     Ibnu Abas r.a. berkata bahwa Rasulullah Shallalllahu ‘Alaihi Wasallam pernah bersabda, “Ada sepuluh golongan dari umatku yang tidak akan masuk surga, kecuali bagi yang bertobat.”


      Mereka itu adalah :
1.     Al-Qalla’
2.     Al-Jayyuf
3.     Al-Qattat
4.     Ad-Daibub
5.     Ad-Dayyus
6.     Shahibul Arthabah
7.     Shahibul Qubah
8.     Al-‘Utul
9.     Az-Zanim, dan
10.   Al-‘Aq li Walidaih

    Selanjutnya Rasulullah Shallalllahu ‘Alaihi Wasallam ditanya, “Ya Rasulullah, siapakah al-qalla’ itu?” Beliau menjawab, “Orang yang suka mondar-mandir kepada penguasa untuk memberikan laporan batil dan palsu.”
     Rasulullah Shallalllahu ‘Alaihi Wasallam ditanya, “Siapakah al-jayyuf itu?” Beliau menjawab, “Orang yang suka menggali kuburan untuk mencuri kain kafan dan sebagainya.”
     Beliau ditanya lagi, “Siapakah al-qattat itu?” Beliau menjawab, “Orang yang suka megadu domba.”
     Beliau ditanya, “Siapakah ad-daibub itu?” Beliau menjawab, “Germo.”
     Rasulullah Shallalllahu ‘Alaihi Wasallam ditanya, “Siapakah ad-dayyus itu?” Beliau menjawab, “Dayyus adalah laki-laki yang tidak punya rasa cemburu terhadap isterinya, anak perempuannya, dan saudara perempuannya.”
     Rasulullah Shallalllahu ‘Alaihi Wasallam ditanya lagi, “Siapakah shahibul arthabah itu?” Beliau menjawab, “Penabuh gendang besar.”
     Rasulullah Shallalllahu ‘Alaihi Wasallam ditanya, “Siapakah shahibul qubah itu?” Beliau menjawab, “Penabuh gendang kecil,”
     Rasulullah Shallalllahu ‘Alaihi Wasallam ditanya, “Siapakah al-’utul itu?” Beliau menjawab, “Orang yang tidak mau memaafkan kesalahan orang lain yang meminta maaf atas dosa yang dilakukannya, dan tidak mau menerima alasn orang lain.”
     Rasulullah Shallalllahu ‘Alaihi Wasallam ditanya, “Siapakah az-zanim itu?” Beliau menjawab, “Orang yang dilahirkan dari hasil perzinaan yang suka duduk-duduk di tepi jalan guna menggunjing orang lain. Adalpun al-‘aq, kalian sudah tahu semua maksudnya (yakni orang yang durhaka kepada kedua orang tuanya.
     Mu’adz bertanya kepada Rasulullah Shallalllahu ‘Alaihi Wasallam, “Wahai Rasulullah, bagaimana pandangan engkau tentang ayat ini? :
 Yauma yunfakhu fiish-shuuri fata’tuuna afwaajaa
“Yaitu hari (yang pada waktu itu) ditiup sangkakala, lalu kalian datang berkelompok-kelompok?” (QS An-Naba’: 18)
     “Wahai Mu’adz, engkau bertanya tentang sesuatu yang besar,” jawab Rasulullah Shallalllahu ‘Alaihi Wasallam, edua mata beliau yang mulia pun mencucurkan air mata. Beliau melanjutkan sabdanya.
     “Ada sepuluh golongan dari umatku yang akan dikumpulkan pada Hari Kiamat nanti dalam keadaan yang berbeda-beda. Allah memisahkan mereka dari jama’ah kaum muslimin dan akan menampakkan bentuk rupa mereka (sesuai dengan amaliyahnya di dunia). Di antara mereka ada yang berwujud kera; ada yang berwujud babi; ada yang berjalan berjungkir-balik dengan muka terseret-seret; ada yang buta kedua matanya, ada yang tuli, bisu, lagi tidak tahu apa-apa; ada yang memamah lidahnya sendiri yang menjulur sampai ke dada dan mengalir nanah dari mulutnya sehingga jama’ah kaum muslimin merasa amat jijik terhadapnya; ada yang tangan dan kakinya dalam keadaan terpotong; ada yang disalib di atas batangan besi panas; ada yang aroma tubuhnya lebih busuk daripada bangkai; dan ada yang berselimutkan kain yang dicelup aspal mendidih.”
     Mereka yang berwajah kera adalah orang-orang yang ketika di dunia suka mengadu domba di antara manusia. Yang berwujud babi adalah mereka yang ketika di dunia gemar memakan barang haram dan bekerja dengan cara yang haram, seperti cukai dan uang suap.”
     Yang berjalan jungkir-balik adalah mereka yang ketika di dunia gemar memakan riba. Yang buta adalah orang-orang yang ketika di dunia suka berbuat zhalim dalam memutuskan hukum. Yang tuli dan bisu adalah orang-orang yang ketika di dunia suka ujub (menyombongkan diri) dengan amalnya.”
     Yang memamah lidahnya adalah ulama dan pemberi fatwa yang ucapannya bertolak-belakang dengan amal perbuatannya. Yang terpotong tangan dan kakinya adalah orang-orang yang ketika di dunia suka menyakiti tetangganya.”
     Yang disalib di batangan besi panas adalah orang yang suka mengadukan orang lain kepada penguasa dengan pengaduan batil dan palsu. Yang tubuhnya berbau busuk melebihi bangkai adalah orang yang suka bersenang-senang dengan menuruti semua syahwat dan kemauan mereka tanpa mau menunaikan hak Allah yang ada pada harta mereka.”
     Adapun orang yang berselimutkan kain yang dicelup aspal mendidih adalah orang yang suka takabur dan membanggakan diri.” (HR. Qurthubi)
     Semoga bermanfaat. Aamiin Ya Rabbal ‘Alamiin
     Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

5.16.2014

Doa (Cinta) Nabi kepada Umatnya

Suatu ketika, Sayyidatuna Aisyah ra tengah duduk bersama Nabi Muhammad saw, tiba-tiba Nabi Muhammad saw mendoakan Sayyidatuna Aisyah.

Di dalam doanya, beliau mengatakan, “Ya Allah ampuni Aisyah, segala dosa-dosanya yang terdahulu, yang akan datang, yang kelihatan dan yang tidak kelihatan.”

Mendengar doa tersebut, Sayyidatuna Aisyah tertawa bahagia, hingga kepalanya menunduk sampai ke bawah karena tawanya.

"Ya, Aisyah, engkau bahagia dengan doaku?" tanya Nabi Muhammad saw. kepada istrinya yang berjuluk humaira itu.

“Ya, Rasulullah, bagaimana aku tidak bahagia. Engkau mendoakan aku dengan doa yang demikian agung?

"Demi Allah, wahai Aisyah, itu adalah doaku untuk semua ummatku setiap selesai shalat.”

Begitulah, wujud kecintaan Nabi kepada ummatnya. Setiap saat selalu mendoakan untuk kebaikan ummatnya, yang banyak berlumuran dosa. Termasuk kita.
(Ajie Najmuddin/Sumber : Shohih Ibnu Hibban)

Gaya Hidup Putri Rasulullah

Menjadi anak raja hampir selalu membawa takdir keberuntungan. Kekuasaan puncak sang ayah tak hanya memungkinkan dia hidup serbakecukupan tapi juga berlumuran kemewahan. Lantas, bagaimana dengan putri Nabi Muhammad SAW, pemimpin tertinggi dan pelaksana risalah ilahi?

Suatu hari Sayyidah Fathimah, dihampiri Abdurrahman bin ‘Auf. Dia mengabarkan bahwa Rasulullah tengah menangis sedih selepas menerima wahyu dari Jibril. Abdurrahman datang dalam rangka mencari obat bagi susana hati Nabi yang kalut itu. Satu hal yang selalu membuat bahagia Rasulullah adalah melihat putrinya.

“Baik. Tolong menyingkirlah sejenak hingga aku selesai ganti pakaian.” Demikian diceritakan dalam kitab al-Aqthaf ad-Daniyyah melalui riwayat Umar bin Khattab.

Keduanya lalu berangkat ke tempat Rasulullah. Saat itu Fathimah menyelimuti tubuhnya dengan pakaian yang usang. Ada 12 jahitan dalam lembar kain tersebut. Serpihan dedaunan kurma juga tampak menempel di sela-selanya.

Sayidina Umar bin Khattab menepuk kepala ketika menyaksikan penampilan Fathimah. “Betapa nelangsa putri Muhammad SAW. Para putri kaisar dan raja mengenakan sutra-sutra halus sementara Fathimah anak perempuan utusan Allah puas dengan selimut bulu dengan 12 jahitan dan dedaunan kurma.”

Sesampainya menghadap ayahandanya, Fathimah bertutur, “Ya Rasulullah, tahukah bahwa Umar terheran-heran dengan pakaianku? Demi Dzat yang mengutusmu dengan kemuliaan, aku dan Ali (Sayyidina Ali bin Abi Thalib, suaminya) selama lima tahun tak pernah menggunakan kasur kecuali kulit kambing.”

Fathimah menceritakan, keluarganya menggunakan kulit kambing tersebut hanya pada malam hari. Sementara siang kulit ini menjelma sebagai tempat makan untuk unta. Bantal mereka hanya terbuat dari kulit yang berisi serpihan dedaunan kurma.

“Wahai Umar, tinggalkan putriku. Mungkin Fathimah sedang menjadi kuda pacu yang unggul (al-khailus sabiq),” sabda Nabi kepada sahabatnya itu.

Analogi kuda pacu merujuk pada pengertian keutamaan sikap Fathimah yang mengungguli seluruh putri-putri raja lainnya. “Tebusanmu (wahai Ayah) adalah diriku,” sahut Fathimah.

Dengan kedudukan dan kharisma ayahandanya yang luar biasa, Fathimah sesungguhnya bisa memperoleh apa saja yang ia kehendaki, lebih dari sekadar pakaian dan kasur yang bagus. Namun, kepribadian Rasulullah yang bersahaja tampaknya memang mewaris ke dalam dirinya. Fathimah tetap tampil sederhana, dengan segenap kebesaran dan kemewahan jiwanya. (Mahbib Khoiron)

5 Obyek Berpikir dan 5 Pengaruhnya


Berpikir merupakan salah satu aktifitas yang dianjurkan oleh Islam. Berbagai ayat mengindikasikan hal ini seperti "afala ya’qilun", "afala yatafakkarun", "afala tubshirun" dan lain-lainnya. Para arif bijaksana mengiyaskan keutamaan berpikir dengan bahasa berikut ini:
الفكرة سراج القلب فاذا ذهبت فلا إضاءة له
الحمد لله أحمده وسبحانه وتعالى على نعمه الغزار, أشكره على قسمه المدرار, . أشهد ان لا اله الا الله وحده لا شريك له. واشهد ان سيدنا محمدا عبده و رسوله النبي المختار. اللهم صل على سيدنا محمد وعلى أله الأطهار وأصحابه الأخيار وسلم تسليما كثيرا. أما بعد فياأيها الناس اتقوالله حق تقاته ولاتموتن الا وأنتم مسلمون. وقال الله تعالى : َأَمَّا مَنْ أَعْطَى وَاتَّقَى وَصَدَّقَ بِالْحُسْنَى  فَسَنُيَسِّرُهُ لِلْيُسْرَى

Berpikir merupakan salah satu aktifitas yang dianjurkan oleh Islam. Berbagai ayat mengindikasikan hal ini seperti afala ya’qilun, afala yatafakkarun, afala tubshirun dan masih banyak lagi lainnya. dalam salah satu haditsnya Rasulullah saw pernah bersabda:

سنة ستين عبادة من خير تفكرساعة  

Berpikir sesa’at lebih baik dari pada beribadah selama enam puluh tahun.

Para arif bijaksana mengqiyaskan keutamaan berpikir dengan bahasa lain

الفكرة سراج القلب فاذا ذهبت فلا إضاءة له  

bahwa berpikir bagaikan lentera hati, barang siapa yang kehilangan pikiran, maka jadi gelaplah hatinya.

Dalam kitab Nashaihul Ibad dikelompokkan lima objek berpikir yang akan membawa pada lima kebaikan. Pertama: (فكرة فى ايات الله يتولد منها التوحيد واليقين) berpikir tentang tanda-tanda kebesaran Allah swt. di alam (ayat kauniyyah) akan melahirkan rasa yakin akan keesaannya. Keyakinan bahwa Alah hanya satu-satunya tuhan yang mampu mencipta alam lengkap dengan berbagai hikmah yang terkandung di dalamnya. Berbagai keajaiban dan keistimewaan setiap makhluk di dunia mulai dari benda terkecil di dalam lubang tanah hingga makhluk berbintang di langit dan juga para malaikat. Karena itulah dalam sebuah ayat diterangkan وَفِي الْأَرْضِ آَيَاتٌ لِلْمُوقِنِينَ

Atinya, jikalau kita benar-benar memikirkan berbagai ciptaan Allah swt, maka akan menimbulkan pemahaman sifat-sifat Allah swt. Misalkan Allah Zat Sang Maha Pemberi Rezeki (Ar-Razzaq) akan terbukti kebesarannya ketika kita memikirkan wujud cicak yang menempel dinding tanpa ada sayap dengan berbagai nyamuk yang berterbangan sebagai santapannya. Begitulah lain-lainnya.

Kedua (وفكرة فى الاء الله يتولد منها المحبة والشكر) berpikir akan segala ni’mat akan melahirkan perasaan cinta dan syukur kepada-Nya. Bagaimana kita tidak bersyukur jika setiap saat kita dapat bernafas dan menikmati udara dengan bebas tanpa ada pajak dan pungutan. Bagaimana tidak bersyukur jika mata kita mampu melihat segala warna-warni dunia? Andaikan semua itu dicabut Allah swt. apa yang dapat kita lakukan sebagai manusia?

Maka bersyukur dengan sepenuh hati, berterimakasih dengan sepenuh jiwa bukanlah terasa belum cukup bila dibandingkan segala nikmat yang terlah diberikannya. Padahal jumlah nikmat yang ada tidak akan mampu dihitung oleh manusia demikian firman Allah swt وإن تعدوا نعمة اللّه لا تحصوها إن اللّه لغفور رحيم

Ketiga, (وفكرة فى وعدالله تعالى يتولد منها الرغبة) berpikir dan berangan-angan akan berbagai pahala dan surga yang dijanjikan oleh Allah swt. kepada orang-orang yang beramal baik, akan menambah nilai kepribadian seorang hamba sehingga ia akan berakhlaq lebih mulia, bertindak sedekat mungkin dengan apa yang dianjurkan Allah dan agama-Nya فَأَمَّا مَنْ أَعْطَى وَاتَّقَى وَصَدَّقَ بِالْحُسْنَى  فَسَنُيَسِّرُهُ لِلْيُسْرَى


Keempat, (وفكرة فى وعيدالله تعالى يتولد منها الهيبة )berpikir dan mengingat-ingat segala pembalasan yang disiapkan Allah untuk mereka yang dhalim dan selalu berada pada barisan ‘musuh Allah’ karena senantiasa mengapresiasi ajakan iblis dn syetan, akan menambah perasaan takut seorang hamba. Takut akan siksa neraka dan ancamannya.

وإن الفجار لفي جحيم

Sebagaimana  layaknya orang yang takut tentu ia akan menghindar dan melarikan diri dari sesuatu yang ditakuti. Orang yang takut neraka tentunya akan menghindar dan menjauhi perkara yang berbau neraka. Berbagai maksiat dan kedurhakaan.

Kelima, (وفكرة فى تقصير نفسه عن الطاعة مع احسان الله اليه يتولد منها الحياة)berpikir tentang ketaatan seorang hamba dan kebaikan Allah swt kepadanya akan menjadikan hidup ini lebih bermakna. Artinya kesadaran akan keluasan ilmu Allah swt yang selalu ikut berperan dalam kehidupan ini, seolah Allah swt ikut mempermudah diri seorang hamba dalam beribadah. Akan memantapkan perasaan pasrahnya diri kepada-Nya.وهو معكم أينما كنتم

Kesombongan dan Dua Sumber Kemaksiatan

"Tidak akan masuk surga orang yang dalam hatinya ada sifat sombong seberat dzarroh (atom yang paling kecil)." Lantas ada seseorang yang berkata: Sesungguhnya ada laki-laki yang suka berpakaian indah dan bersandal bagus. Nabi saw bersabda: “sesungguhnya Allah itu Indah dan suka keindahan. Sombong adalah menentang kebenaran dan memandang rendah orang lain (al-Hadits).

Maasyiral Muslimin Rahimakumullah

Marilah kita bersama-sama meningkatkan ketaqwaan kita kepada Allah swt. sungguh hanya dengan taqwalah kita dapat mengisi kehidupan ini dengan segala sifat-sifat kebaikan dan menghindar dari sifat tercela. Diantara sifat tercela yang tidak terampuni dan merupakan waisan iblis adalah kesombongan. Apakah sombong itu? Rasulullah saw bersabda الكبر بطر الحق وغمط الناس sombong adalah menolak kebenaran dan memandang rendah orang lain.

Meskipun jelas bahwa mausia adalah tempatnya kesalahan dan kealpaan sebagaimana ucapan ‘al-Insan mahallul khatha’ wan nisyan’ tetapi menjadi kewajiban manusia itu sendiri berusaha menghindarkan diri dari kesalahan. Terkadang manusia merasa amat berat dalam mengekang diri dari kemaksiatan karena bisikan nafsu yang tiada henti berhembus seperti angin yang terus mengelilingi kehidupan ini. Ketika itu hendaklah manusia meminta pertolongan kepada Allah swt untuk menundukkan kebiadaban nafsu yang ada dalam diri manusia sendiri. Karena hanya Allahlah yang dapat dengan mudah menyelesaikan permasalahan nafsu ini. Namun demikian, jikalau kemaksiatan sudah tidak terhindar lagi maka bersegeralah memohon pengampuanan kepada-Nya yang disertai dengan penyesalan setulus hati. 

Akan tetapi jikalau kemaksiatan yang tidak terhindar itu hadir tanpa ada penyesalan karena memandang remeh suatu kemaksiatan atau rasa sombong atas tindakan kemaksiatan itu, maka sesungguhnya orang itu telah terperosok ke lubang kesalahan dua kali. Lubang pertama adalah kesalahan itu sendiri dan lubang kedua adalah kesalahan atas keberaniannya menyengaja mengerjakan sebuah kesalahan. Inilah maksiat kepada Allah yang paling besar. Inilah kedurhakaan yang pernah dilakukan oleh Iblis kepada Allah, yaitu dengan sengaja membangkang apa yang diperintahkan-Nya, padahal iblis mengerti sepenuhnya bahwa melawan perintah-Nya berarti melakukan kemakaran kepada-Nya. Inilah jenis maksiat yang tidak bisa diharapkan ampuanan dari Allah swt. na’udzubillah min dzalik


Itulah dua macam kemaksiatan sebagaimana diterangkan oleh Sufyan as-Tsauri bahwa:

كل معصية عن شهوة فانه يرجى غفرانها وكل معصية عن كبر فانه لايرجى غفرانها لان معصية ابليس كان اصلها من الكبر ان زلة سيدنا أدم عليه السلام كان اصلها من الشهوة

Setiap maksiat yang terlahir karena dorongan nafsu, sesungguhnya masih ada harapan ampunan dari-Nya. Namun setiap maksiat yang lahir karena dorongan rasa sombong, sungguh tidak ada harapan pengampuanan dari-Nya. Karena demikianlah kedurhakaan yang dilakukan iblis berawal dari rasa sombong dan kesalahan yang dilakukan oleh Nabi Adam (dengan memakan buah huldi) berawal dari dorongan syahwat.

Dari mutiara Sufyan as-Tsauri ini hendaknya diambil pelajaran bahwa kesombongan merupakan sumber kemaksiatan yang tidak dapat diampuni. Karena kesombongan itu pada hakikatnya hanyalah milik-Nya.

  عن أبي هريرة قال : قال رسول الله - صلى الله عليه وسلم - :  ( قال الله عز وجل : الكبرياء ردائي ، والعظمة إزاري ، فمن نازعني واحداً منهما قذفته في النار )   وفى رواية ولا أبالى)

Sifat sombong itu selendang-Ku, keagungan adalah busana-Ku. Barang siapa yang merebut salah satu dari-Ku, akan Ku lempar ia ke neraka. Dan Aku tidak peduli.

Oleh karenanya Allah dalam surat luqman ayat 18 dengan jelas-jelas menyatakan ketidak suakaan-Nya kepada orang yang sombong:


ولا تصعر خدك للناس ولا تمش فى الارض مرحا ان الله لايحب كل مختال فخور

Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri.

Jelas sekali ayat di atas bahwa Allah tidak menyukai orang yang sombong. Jika demikian dapat dibayangkan bagaimana posisi orang-orang yang tidak disukai Allah di akhirat kelak, sedangkan alam ini (dunia dan akhirat) adalah milik-Nya? pastilah Allah swt memberinya tempat yang buruk.

Sebuah hadits dari Abdullah bin Mas’ud menjelaskannya

عن عبد الله ابن مسعود رضي الله عنه عن النبي صلى الله عليه وسلم قال: لايدخل الجنة من كان فى قلبه مثقال ذرة من كبر, فقال رجل: إن الرجل يحب أن يكون ثوبه حسنا ونعله حسنة. قال إن الله جميل يحب الجمال (الكبر) بطر الحق وغمط الناس.

Demikianlah ini bahwasannya kemaksiatan lahir melalui dua sumber kemungkinan. Pertama melalui nafsu syahwat dan kedua melalui perasaan sombong. Sesungguhnya kemaksiatan yang lahir dari kesombongan tidak dapat lagi diharapkan ampunan dari-Nya.Dari Abdullah bin Mas’ud dari Rasulillah Saw berkata: tidak akan masuk surga orang yang dalam hatinya ada sifat sombong seberat dzarroh (atom yang paling kecil). Lantas ada seseorang yang berkata: sesungguhnya ada laki-laki yang suka berpakaian indah dan bersandal bagus. Nabi saw bersabda “sesungguhnya Allah itu Indah dan suka keindahan. Sombong adalah menentang kebenaran dan memandang rendah orang lain.

(Red. Ulil H)

Melatih Hati yang Khusyu'


Imam al-Ghazali menerangkan enam istilah yang memiliki makna yang sebangun dengan khusyu’. Keenam hal itu bila digabungkan akan menghasilkan kwalitas khusyu’ dalam shalat. diantara keenam hal itu adalah; hudhurul qalbi (hadirnya hati), yaitu mengkosongkan hati dari segala macam hal kecuali makna kata-kata yang terucap dalam shalat. Tentunya Ini mengandaikan adanya hafalan dan pengertian arti bacaan shalat itu sendiri.

Pengertian makna bacaan akan membantu mempermudah seseorang mengikat hati dalam kekhusyu’an, karena hati tersibukkan dengan makna-makna itu. Namun perlu diwaspadai seringkali hati hadir bersama hafalan bacaan tapi bukan makna bacaan itu sendiri.

Sebagai kelanjutan dari hudhurul qalbi adalah at-tafahum yaitu pemahaman akan makna bacaan itu sendiri. Pemahaman ini berbeda-beda antara satu hamba dengan hamba lainnya, sebagaimana perbedaan pengetahuan mereka mengenai al-qur’an dan tasbih. Perbedaan pemahaman ini juga tergantung pada tingkat kehadiran hati masing-masing. Seringkali seorang hamba menemukan makna yang dalam ketika shalat yang tidak ditemukannya dalam kesempatan lain.

Jika dua hal tersebut (hudurul qalbi dan at-tafahum) dikategorikan sebagai katifitas internal karena harus dijalankan ketika shalat, maka empat konsep selanjutnya lebih merupakan aktifitas eksternal. Keempat hal tersebut adalah ta’dhim, haibah, raja’, dan haya’.

Ta’dhim adalah kesadaran diri akan keagungan Allah swt sebagai Dzat Pengatur Kehidupan. Kepada-Nyalah tergantung semua kehidupan makhluk di alam ini. Ta’dhim kepada Allah swt ini mampu meningkatkan kwalitas khusyu’ seseorang jika disertai dengan hudurul qalbi dan at-tafahum.

Adapun haibah adalah perasaan takut yang lahir dari perasaan ta’dhim. Berbeda dengan takut yang ditimbulkan karena adanya unsur kemudharatan. Misalkan takut jatuh dari ketinggian atau takut binatang buas. Keduanya adalah takut karena sesuatu yang ditakuti itu bisa mendatangkan kemudharatan. Sedangkan haibah adalah perasaan takut yang lahir karena keagungan sesuatu yang ditakuti. Sebagaimana seorang anak yang takut kepada orang tua. Bila hati seorang hamba telah merasakan haibah dalam shalat, maka kwalitas kekhusyu’annya pasti lebih tinggi dari yang tidak merasakan haibah.

Sedangkan raja’ yang secara bahasaadalah pengharapan, dapat diartikan sebagai harapan yang senantiasa hadir dalam hati akan adanya ridha Allah swt. Seorang hamba tentunya harus tahu diri sudah pantaskah dia mengharapkan ridha Allah swt, jika shalatnya tidak mampu mendatangkan rasa ta’dhim. Bagaimana mungkin seorang mengharapkan sesuatu dari orang lain tanpa didahului pengabdian? Meski demikan kewajiban hamba adalah mengharap kepada-Nya, disertai dengan usaha mendekat dan mengenal-Nya melalui shalat yang khusyu’.

Dan yang terakhir adalah haya’ perasaan malu kepada kemurahan-Nya. Apakah masih pantas seorang hamba berharap rahmat dan ridha-Nya, bukankah rahmat dan ridha selama ini telah diberikan oleh-Nya secara cuma-cuma walaupun seorang hamba banyak melanggar larangan-Nya dan mengoleksi dosa-dosa?
Demikian enam hal yang seharusnya dijadikan materi ajaran dan bahan latihan seorang hamba ketika shalat, sebagaimana yang dituturkan Al-Ghazali dalam Ihya’ Ulumiddin. (Red. Ulil H)

Mengapa Harus Khusyu’?


Tulisan dengan tema Shalat Khsusyu’ ini disarikan dari karya Hujjatul Islam Imam Ghazali dalam kitab Ihya’ Ulumidiin dalam bab kitabu Asraris Shalati yang mengupas berbagai  rahasia dan hikmah dalam shalat. Mulai dari gerakan badan hingga kandungan nilai dalam bacaan shalat, yang jika dimengerti dengan benar akan menambah makna shalat itu sendiri.

Pada dasarnya shalat merupakan ibadah yang bertujuan mengingat Allah sebagaimana firman-Nya. 
وَأَقِمِ الصَّلَاةَ لِذِكْرِي
Kerjakanlah shalat untuk mengingat-Ku (Thaha-14) 

Mengapa harus selalu meingat-Nya? karena melupakan-Nya adalah suatu kesalahan besar. Berbagai ni’mat Allah yang tidak terhitung jumlahnya dan tidak ternilai harganya, mulai ni’mat memandang, meraba, merasa, bernafas dan lain sebagainya, semua diperoleh dari-Nya secara cuma-cuma. Bagaimana pantas melupakan-Nya, jika kehidupan ini bergantung sepenuhnya kepada-Nya? karena itulah Allah swt mengingatkan kita dengan firmannya
ولاتكن من الغافلين
Janganlah kamu termasuk oang-orang yang lupa (al-a’raf 205)
Termasuk kategori lupa adalah melakukan shalat tanpa disertai kehadiran hati. Shalat yang kering, shalat yang hanya bertujuan menggugurkan kewajiban. Meskipun mulutnya terlihat sibuk, tetapi tak satu rakaatpun yang dimengerti. Malahan hatinya dipenuhi dengan masalah keduniawiyan. Yang terucap memang bacaan takbir, yang terdengar adalah bacaan tasbih tetapi yang diingat adalah barang dagangan, urusan bisnis, dan lain sebagainya. Sungguh Allah swt tidak menganggap pengabdian semacam ini. Rasulullah saw bersabda:

لاينظر الله الى صلاة لايحضر الرجل فيها قلبه مع بدنه
Allah swt tidak memandang shalat seseorang yang tidak menghadirkan (konsentrasi) hatinya beserta badannya.

Bahkan lebih dari itu, Allah swt mengancam mereka yang shalat dalam keadaan lalai atau kosong, artinya shalat yang dilakukan begitu saja tanpa disertaI kekhusyu’an. Dalam surat al-Maun ayat 4-5 Allah swt menjelaskan ancaman-Nya:
فَوَيْل لِلْمُصَلِّينَ الَّذِينَ هُمْ عَنْ صَلَاتهمْ سَاهُونَ
Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat, yaitu) orang-orang yang lalai dari shalatnya.

Oleh karena itulah, jika syarat syahnya shalat terdiri dari berbagai tindakan shahir, maka sesungguhnya khusyu’ merupakan tindakan bathin yang tidak bisa ditinggalkan karena ia menempati posisi adab (tata krama) dalam shalat. Sebagaimana seorang tamu presiden selain berpenampilan rapi, ia harus berlaku yang sopan kepadanya dengan penuh hormat. Demikianlah dalam shalat seorang hamba harus merasa sebagai orang yang lemah dan hanya Dialah yang Paling berkuasa.

Mengenai hal ini, kisah hatim al-A’sham ketika ditanya seseorang tentang cara shalatnya ia menerangkan “…Aku jadikan ka’bah diantara dua pelipisku, Aku jadikan sirath (titian penyebrangan di hari kiamat nanti) di telapak kakiku, sorga di sebelah kanan dan neraka di sebelah kananku, dan malaikat pencabut nyawa ada dibelakangku siap-siap menerkam-ku sehingga aku merasa shalatku adalah shalat untuk terakhir kalinya…”
Jika telah demikian adanya maka dampak dari shalat itu akan terasa dalam segala lini kehidupan. Shalat tidak hanya membangun kesalehan individual, tetapi juga kesalehan sosial.

الصلاة مطهرة للقلوب من أدناس الذنوب واستفتاح لباب الغيوب
Sesunguhnya shalat itu membersihkan hati dai kotoran dosa dan membuka pintu-pintu yang ghaib.
Shalat seperti inilah yang diperitnahkan oleh Allah sebagaimana termaktub dalam Al-ankabut ayat 45;

اتْلُ مَا أُوحِيَ إِلَيْكَ مِنَ الْكِتَابِ وَأَقِمِ الصَّلَاةَ إِنَّ الصَّلَاةَ تَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاء وَالْمُنكَرِ وَلَذِكْرُ اللَّهِ أَكْبَرُ
Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab (Al Quran) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan- perbuatan) keji dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain)... (red. Ulil H)

Puasa-puasa Istimewa di Bulan Rajab

Keistimewaan bulan rajab sebagai syahrullah ditandai dengan beberapa pelipat gandaan pahala yang disediakan oleh Allah swt kepada mereka yang berpuasa di dalam bulan Rajab. Di bawah ini akan diterangkan berbagai macam fadhilah puasa pada bulan Rajab.

عن أبى ذر رضى الله عنه عن النبي صلى الله عليه وسلم أنه قال: من صام أول يوم من رجب عدل صيام شهر ومن صام سبعة أيام أغلقت عنه أبواب جهنم السبعة, ومن صام ثمانية أيام فتحت له أبواب الجنة الثمانية. ومن صام منه عشرة أيام, بدل الله سيئاته حسنات ومن صام منه ثمانية عشر يوما نادى منادى من السماء: قد غفر لك فاستأنف العمل  
Barang siapa puasa di awal bulan rajab bandingannya seperti puasa satu bulan penuh. Dan barang siapa puasa tujuh hari (di bulan Rajab) maka tertuplah baginya ketujuh pintu neraka jahanam, dan barang siapa puasa delapan hari  (di bulan Rajab) maka dibukakan untuknya kedelapan pintu surga, dan barang siapa puasa sepuluh hari (di bulan Rajab) maka Allah swt akan mengganti semua amal buruknya dengan kebaikan, dan barang siapa puasa delapan belas hari (di bulan Rajab), maka akan dia akan mendapat panggilan dari langit “sungguh telah siampuni dosamu, maka mulailah lagi beramal”

Sebagain hadits menjelaskan bahwa imbalan yang disediakan oleh Allah swt untuk mereka yang berpuasa di hari pertama bulan Rajab adalah dijauhkan dari dosa-dosa sebagaimana jauhnya langit dan bumi.
Sedangkan shabat Anas bin Malik menyatakan:

عن أنس بن مالك يرفعه "من صام أول يوم من رجب كفر الله عنه ذنوب سنتين, ومن صام خمسة عشريوما حاسبه الله حسابا يسيرا ومن صام ثلاثين يوما من رجب كتب الله له رضوانه ولم يعذبه
Barang siapa berpuasa di awal bulan Rajab, Allah menggugurkan dosa yang dilakukannya selama dua tahun, dan barang siapa puasa selama lima belas hari di bulan Rajab Allah akan menghisabnya (nanti di hari kiamat) dengan hisab yang gampang. Dan barang siapa berpuasa tiga puluh hari selama bulan Rajab Allah akan meridhainya dan tidak menyiksanya. 

Pada hari yang sama pula dulu Nabi Nuh as. dan para pengikutnya berpuasa ketika berada di atas perahu. Hal ini pernah dijelaskan Rasulullah saw:

عن سهل بن سعد رضى الله عنه عن النبي صلى الله عليه وسلم أنه قال: ألا إن رجب من الأشهر الحرم, وفيه حمل الله نوحا فى السفينة, فصامه نوح فى السفينة وأمر من كان معه بصيامه فأنجاهم الله تعالى وأمنهم من الغرق وطهر الله الأرض من الكفر والطغيان بالطوفان.
Ingatlah bahwa Rajab adalah termasuk bulan yang mulia, pada bulan inilah Allah swt menaikkan Nabi Nuh as di atas perahu. Maka nabi Nuhpun berpuasa di atas perahu, demikian pula ia memperintahkan puasa semua pengkutnya. Allahpun menyelamatkan mereka (dari tenggelam) dan Allah membersihkan bumi ini dari kekufuran dan kekejian dengan banjir thufan.
Selain puasa-puasa yang tersebut di atas juga ada puasa istimewa pada tanggal 27 Rajab. Sebagaimana keterangan Rasulullah saw dalam haditsnya:


عن أبى هريرة رضى الله عنه عن النبي صلى الله عليه وسلم قال: من صام يوم السابع والعشرين من رجب كتب له ثواب صيام ستين شهرا وهو أول يوم نزل فيه جيبريل على النبي صلى الله عليه وسلم بالرسالة    
Barang siapa puasa pada hari dua puluh tujuh di bulan Rajab ditulis untuknya pahala puasa selama enampuluh bulan. Itulah hari pertama Jibril turun membawa risalah kepada Rasulullah saw”

Dalam hadits lain diterangkan pula:

عن أبى هريرة وسلمان الفارسى رضى الله عنهما قالا: قالرسول الله صلى الله عليه وسلم إن فى رجب يوما وليلة من صام ذلك اليوم وقام تلك الليلة كان له من الأجر كمن صام مائة سنة وقامها وهى لثلاث بقين من رجب وهو اليوم الذى بعث فيه نبينا صلى الله عليه وسلم.
Bahwa sannya dalam bulan Rajab ada satu malam dan satu siang istimewa, barang siapa yang berpuasa di siang harinya dan beirbadah di malam harinya, maka bagi orang tersebut ditulis pahala puasa seratus tahun lengkap dengan ibadah di malam harinya. Hari itu adalah hari ketiga ketrakhir dari bulan Rajab, yaitu hari diutusnya Nabi kita saw.  (red. Ulil H)

Pembangunan Masjid SMAN 2 Purwokerto

Proses pembangunan Masjid, gambar diambil April 2014




5.12.2014

Nabi Muhammad dan Sebutir Delima

Dikisahkan, suatu ketika Siti Khadijah r.a. meminta tolong Nabi Muhammad saw. untuk membelikannya buah delima. Ketika itu kebetulan, belum masuk musim buah delima.

Dengan susah payah, Nabi Muhammad saw. berhasil mendapatkan sebutir buah delima. Buah itu pun dibelinya dengan harga yang mahal. Setelah itu, Nabi bergegas pulang. Di tengah jalan, ia menjumpai seorang laki-laki yang terlihat bingung dan sedih.

Rasulullah pun menyapa lelaki itu, “Mengapa kau kelihatan sedih, teman?”

Dengan enggan laki-laki itu menjawab, “Istriku sedang hamil. Ia meminta buah delima. Seharian aku mencari ke mana-mana, tetapi aku tidak mendapatkannya. Istriku pasti sangat sedih,” kata lelaki itu, seraya tertunduk dan sedikit menitikkan air mata.

Melihat hal itu, Nabi merasa terharu. Tanpa berpikir panjang, beliau memberikan buah delimanya kepada laki-laki itu. Laki-laki itu kelihatan sangat senang. Berkali-kali ia mengucapkan terima kasih kepada Nabi Muhammad saw.

Nabi Muhammad saw.kemudian pulang. Sesampainya di rumah, beliau menceritakan kejadian yang baru saja dialaminya kepada Siti Khadijah r.a. Mendengar cerita suaminya, wanita berjuluk ath-tahirah (yang suci) itu sejenak terdiam.

Ia kemudian tersenyum dan berkata, “Kalau memang buah delima itu engkau berikan kepada orang yang membutuhkan, aku ikhlas. Inilah sedekah kita.”

(Ajie Najmuddin/disarikan dari Bingkai Sejarah Kebudayaan Islam)

4 Kunci Surga Kaum Hawa

Perempuan dalam Islam memiliki posisi yang sangat tersanjung. Bahkan dalam bentangan sejarah yang ada, Islam dapat dikatakan sebagai agama pertama yang memiliki visi penghormatan terhadap perempuan.

Sebelum datangnya Islam, masyarakat Arab Jahiliyah seringkali merasa malu bila melahirkan anak perempuan sehingga tidak segan membunuh dan menguburkannya hidup-hidup. Begitu pula masyarakat Bani Israel berusaha mengalieminasi perempuan dari keluarga dan rumahnya ketika mereka dalam keadaan haidh. Namun tidak demikian dengan Islam yang mempunyai visi perempuan dengan semoyan “la yukrimuhunna illa karimun, wa la ahanahunna illa kahinun” hanya orang mulia yang memuliakan perempuan, dan hanya orang hina yang menghinakan perempuan. 

Demikian posisi perempuan dalam Islam sehingga Rasulullah saw merasa penting mengaprsiasinya dengan empat hal yang memudahkan perempuan menikmati surga:
اذا صلت المرأة خمسها وصامت شهرها وحفظت فرجها واطاعت زوجها قيل لها ادخلى الجنة من أي ابواب الجنة شئت رواه أحمد
Apabila seorang perempuan melakukan shalat fardhunya yang lima dan berpuasa selama bulan Ramadhan dan menjaga kehormatannya juga ta’at kepada suaminya, maka dikatkanlah kepadanya masuklah ke dalam surga melalui pintu yang engkau mau .(red.Ulil H)

5.09.2014

6 Orang Pengurus Rohis Lolos OSP

Alhamdulillah, kabar baik kali ini datang dari tim OSN SMAN 2 Purwokerto. Perjuangan pada Olimpiade Sains tingkat Kabupaten yang diadakan pada tanggal 1-3 bulan April lalu membuahkan hasil yang sangat memuaskan. 24 anggota tim mendapatkan peringkat sehingga berhasil meneruskan ke Olimpiade Sains tingkat provinsi.

Dari anggota Rohis SMAN 2 Purwokerto ada 6 yang berhasil melaju ke tingkat provinsi, yaitu Aisyah N. dan Irvan Syahroni pada bidang TIK; Savira Putri pada bidang astronomi; Ryan Setiabudi, Muhammad Lutfi S., dan Gilang E. Pada bidang kebumian.

24 siswa yang lolos akan kembali berjuang pada OSP yang akan diadakan pada tanggal 10-12 Juni 2014. Mari kita doakan teman-teman kita sehingga mendapat kemudahan dan kelancaran dariNya, dan semoga mendapat esuksesan sehingga dapat lolos hingga tingkat nasional, bahkan internasional.