Assalamu’alaikum
Warahmatullahi Wabarakatuh.
Allah menciptakan tujuh malaikat sebelum
Dia menciptakan langit dan bumi. Di setiap langit ada satu malaikat yang
menjaga pintu. Ibn Mubarak mengatakan bahwa Khalid bin Ma’dan berkata kepada
sahabat Mu’adz bin Jabal RA,
“Ceritakanlah satu hadits yang kau dengar dari Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, yang kau menghafalnya dan setiap hari kau mengingatnya lantaran saking keras, halus, dan dalamnya makna hadits tersebut. Hadits manakah yang menurut pendapatmu paling penting?”
Mu’adz menjawab, “Baiklah, akan kuceritakan.”
Sesaat kemudian, ia pun menangis hingga lama sekali, lalu ia bertutur, “Sungguh rindunya hati ini kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, ingin rasanya segera bersua dengan beliau.”, ia melanjutkan, “Suatu saat aku menghadap Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, beliau menunggangi seekor unta dan menyuruhku naik dibelakangnya, maka berangkatlah kami dengan unta tersebut. Kemudian beliau menengadahkan wajahnya ke langit, dan berdoa, “Puji syukur kehadirat Allah, Yang Maha Berkehendak kepada makhluk-Nya menurut kehendak-Nya.”
Kemudian beliau Shallallahu ‘Alaihi Wasallam berkata, “sekarang aku akan mengisahkan satu cerita kepadamu yang apabila engkau hafalkan, akan berguna bagimu, tapi kalau engkau sepelekan, engkau tidak akan mempunyai hujjah kelak di hadapan Allah Subhanahu Wa Ta’ala.
AMAL YANG TERTOLAK
“Hai, Mu’adz! Allah menciptakan tujuh malaikat sebelum Dia menciptakan langit dan bumi. Pada setiap langit ada satu malaikat yang menjaga pintu, dan tiap-tiap pintu langit itu dijaga oleh malaikat penjaga pintu sesuai kadar pintu dan keagungannya. Maka, Malaikat hafazhah (malaikat yang memelihara dan mencatat amal seseorang) naik ke langit dengan membawa amal seseorang yang cahayanya bersinar-sinar bagaikan cahaya matahari. Ia, yang menganggap amal orang tersebut banyak, memuji amal-amal orang itu. Tapi, sampai di pintu langit pertama, berkata malaikat penjaga pintu langit itu kepada malaikat hafazhah, “Tamparkanlah amal ini ke wajah pemiliknya, aku ini penjaga tukang pengumpat, aku diperintahkan untuk tidak menerima masuk tukang mengumpat orang lain. Jangan sampai amal ini melewatiku untuk mencapai langit berikutnya.”
Keesokan harinya, ada lagi malaikat hafazhah yang naik ke langit dengan membawa amal shalih seorang lainnya yang cahayanya berkilauan. Ia juga memujinya lantaran begitu banyaknya amal tersebut. Namun malaikat di langit kedua mengatakan, “berhentilah, dan tamparkan amal ini ke wajah pemiliknya, sebab dengan amalnya itu dia mengharap keduniaan. Allah memerintahkanku untuk menahan amal seperti ini, jangan sampai lewat hingga hari berikutnya.” Maka seluruh malaikat pun melaknat orang tersebut sampai sore hari.
Kemudian ada lagi malaikat hafazhah yang naik ke langit dengan membawa amal hamba Allah yang sangat memuaskan, dipenuhi amal sedekah, puasa, dan bermacam-macam kebaikan yang oleh malaikat hafazhah dianggap demikian banyak dan terpuji. Namun saat sampai di langit ketiga berkata malaikat penjaga pintu langit yang ketiga, “Tamparkanlan amal ini ke wajah pemiliknya, aku malaikat penjaga orang yang sombong. Allah memerintahkanku untuk tidak menerima orang sombong masuk. Jangan sampai amal ini melewatiku untuk mencapai langit berikutnya. Salahnya sendiri ia menyombongkan dirinya di tengah-tengah orang lain".
Kemudian ada lagi malaikat hafazhah yang naik ke langit keempat, membawa amal seseorang yang bersinar bagaikan bintang yang paling besar, suaranya bergemuruh, penuh dengan tasbih, puasa, shalat, naik haji, dan umrah. Tapi, ketika sampai di langit keempat, malaikat penjaga pintu langit keempat mengatakan kepada malaikat hafazhah, “berhentilah, jangan dilanjutkan. Tamparkanlah amal ini ke wajah pemiliknya, aku ini penjaga orang -orang yang suka ujub (membanggakan diri). Aku diperintahkan untuk tidak menerima masuk amal tukang ujub. Jangan sampai amal itu melewatiku untuk mencapai langit yang berikutnya, sebab ia kalau beramal selalu ujub. Kemudian naik lagi malaikat hafazhah ke langit kelima, membawa amal hamba yang diarak bagaikan pengantin wanita diiring kepada suaminya, amal yang begitu bagus, seperti amal jihad, ibadah haji, ibadah umrah. Cahaya amal itu bagaikan matahari. Namun, begitu sampai di langit kelima, berkata malaikat penjaga pintu langit kelima, “Aku ini penjaga sifat hasud (dengki, iri hati). Pemilik amal ini, yang amalnya sedemikian bagus, suka hasud kepada orang lain atas kenikmatan yang Allah berikan kepadanya. Sungguh ia benci kepada apa yang diridhai Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Saya diperintahkan agar tidak membiarkan amal orang seperti ini untuk melewati pintuku menuju pintu selanjutnya..”
Kemudian ada lagi malaikat hafazhah naik dengan membawa amal lain berupa wudhu yang sempurna, shalat yang banyak, puasa, haji, dan umrah. Tapi saat ia sampai di langit keenam, malaikat penjaga pintu ini mengatakan, “Aku ini malaikat penjaga rahmat. Amal yang seolah-olah bagus ini, tamparkanlah ke wajah pemiliknya. Salah sendiri ia tidak pernah mengasihi orang. Apabila ada orang lain yang mendapat musibah, ia merasa senang. Aku diperintahkan agar amal seperti ini tidak melewatiku hingga dapat sampai pada pintu berikutnya.”
Kemudian ada lagi malaikat hafazhah naik ke langit ketujuh dengan membawa amal seorang hamba berupa bermacam-macam sedekah, puasa, shalat, jihad, dan kewara’a. Suaranya pun bergemuruh bagaikan geledek. Cahayanya bagaikan malaikat. Namun tatkala sampai di langit yang ketujuh, malaikat penjaga langit ketujuh mengatakan, “Aku ini penjaga sum’at (ingin terkenal / Riya). Sesungguhnya orang ini ingin dikenal dalam kumpulan, kumpulan, selalu ingin terlihat lebih unggul disaat berkumpul, dan ingin mendapatkan pengaruh dari para pemimpin.. Allah memerintahkanku agar amalnya itu tidak sampai melewatiku. Setiap amal yang tidak bersih karena Allah, itulah yang disebut Riya. Allah tak akan menerima amal orang-orang yang riya.”
Kemudian ada lagi malaikat hafazhah naik membawa amal seorang hamba : shalat, zakat, puasa, haji, umrah, akhlak yang baik, pendiam, tidak banyak bicara, dzikir kepada Allah. Amalnya itu diiringi para malaikat hingga langit ketujuh, bahkan sampai menerobos memasuki hijab-hijab dan sampailah kehadirat Allah.
Para malaikat itu berdiri dihadapan Allah. Semua menyaksikan bahwa amal ini adalah amal yang shalih dan ikhlas karena Allah Subhanahu Wa Ta’ala.
Namun Allah berfirman, ” Kalian adalah hafazhah, pencatat amal-amal hamba-Ku. Sedangkan Akulah yang mengintip hatinya. Amal ini tidak karena-Ku. yang dimaksud oleh si pemilik amal ini bukanlah Aku. Amal ini tidak diikhlaskan demi Aku. Aku lebih mengetahui dari kalian apa yang dimaksud olehnya dengan amalan itu. Aku laknat dia, karena menipu orang lain, dan juga menipu kalian (para malaikat hafazhah). tapi Aku tak’kan tertipu olehnya. Aku ini yang paling tahu akan hal-hal yang ghaib. Akulah yang melihat isi hatinya, dan tidak akan samar kepada-Ku setiap apapun yang samar. tidak akan tersembunyi bagi-Ku setiap apapun yang tersembunyi. Pengetahuan-Ku atas apa yang telah terjadi sama dengan pengetahuan-Ku akan apa yang akan terjadi. Pengetahuan-Ku atas apa yang telah lewat sama dengan pengetahuan-Ku atas apa yang akan datang. Pengetahuan-Ku kepada orang-orang terdahulu-Ku sebagaimana pengetahuan-Ku kepada orang-orang yang kemudian. Aku lebih tahu atas apapun yang tersamar daripada rahasia. Bagaimana bisa amal hamba-Ku menipu-Ku. Dia bisa menipu makhluk-makhluk yang tidak tahu, sedangkan Aku ini Yang Mengetahui hal-hal yang ghaib. Laknat-Ku tetap kepadanya."
Tujuh malaikat hafazhah yang ada pada saat itu dan 3000 malaikat lain yang mengiringinya menimpali, “Wahai Tuhan kami, dengan demikian tetaplah laknat-Mu dan laknat kami kepadanya.” Maka, semua yang ada di langit pun mengatakan, “Tetapkanlah laknat Allah dan laknat mereka yang melaknat kepadanya.”
TAHANLAH MULUTMU
Mu’adz pun kemudian menangis terisak-isak dan berkata, “Ya Rasulullah, bagaimana bisa aku selamat dari apa yang baru engkau ceritakan itu.?”
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam menjawab, ” Wahai Mu’adz, ikutilah nabimu dalam hal keyakinan.!”
Mu’adz berkata lagi, ‘Wahai Tuan, engkau adalah Rasulullah. sedangkan aku ini hanyalah si Mu’adz bin Jabal, bagaimana aku dapat selamat dan terlepas dari bahaya tersebut?”
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda, “seandainya dalam amalmu ada kelengahan, tahanlah mulutmu, jangan sampai menjelek-jelekkan orang lain, dan juga saudara-saudaramu sesama ulama. Apabila engkau hendak menjelek-jelekkan orang lain, ingatlah pada dirimu sendiri. Sebagaimana engkau tahu dirimu pun penuh dengan aib. Jangan membersihkan dirimu dengan menjelek-jelekkan orang lain. Jangan mengangkat dirimu sendiri dengan menekan orang lain. Jangan Riya dengan amalmu agar diketahui orang lain. Janganlah termasuk golongan orang yang mementingkan dunia dengan melupakan akhirat. Kamu jangan berbisik-bisik dengan seseorang padahal disebelahmu ada orang lain yang tidak diajak berbisik. Jangan takabur kepada orang lain, nanti akan luput bagimu kebaikan dunia dan akhirat. Jangan berkata kasar dalam suatu majelis dengan maksud supaya orang-orang takut akan keburukan akhlaqmu itu. Jangan mengungkit-ungkit apabila berbuat kebaikan. Jangan merobek-robek (pribadi) orang lain dengan mulutmu, kelak kamu akan dirobek-robek oleh anjing-anjing neraka jahannam, sebagaimana firman Allah, “Wannaasyithaati nasythaa.” (Di neraka itu ada anjing-anjing perobek badan-badan manusia, yang mengoyak-ngoyak daging dari tulangnya.)
Aku (Mu’adz) berkata : “Ya Rasulullah, siapa yang akan kuat menanggung penderitaan semacam ini ?”
Jawab Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, Wahai Mu’adz, yang kuceritakan tadi itu akan mudah bagi mereka yang dimudahkan oleh Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Cukup untuk mendapatkan semua itu, engkau menyayangi orang lain sebagaimana engkau menyayangi dirimu sendiri, dan membenci sesuatu terjadi kepada orang lain apa-apa yang engkau benci bila sesuatu itu terjadi kepadamu. Apabila seperti itu, engkau akan selamat, terhindar dari penderitaan itu.”
Khalid bin Ma’dan (yang meriwayatkan hadits itu dari Mu’adz RA) mengatakan, “Mu’adz sering membaca hadits ini sebagaimana seringnya ia membaca Al-Qur’an, mempelajari hadits ini sebagaimana ia mempelajari Al-Qur’an dalam majelisnya.
Subhanallah.....
Ambil lah hikmah dari kisah di atas.. Semoga ALLAH Subhanahu Wa Ta’ala limpahkan kita dalam iman dan takwa kepada-Nya kapan dan dimanapun kita berada. Aamiin
Silahkan Bagikan di halamanmu agar kamu dan teman-temanmu senantiasa istiqomah dan bisa meningkatkan ketakwaannya kepada ALLAH Subhanahu Wa Ta’ala.
“Ceritakanlah satu hadits yang kau dengar dari Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, yang kau menghafalnya dan setiap hari kau mengingatnya lantaran saking keras, halus, dan dalamnya makna hadits tersebut. Hadits manakah yang menurut pendapatmu paling penting?”
Mu’adz menjawab, “Baiklah, akan kuceritakan.”
Sesaat kemudian, ia pun menangis hingga lama sekali, lalu ia bertutur, “Sungguh rindunya hati ini kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, ingin rasanya segera bersua dengan beliau.”, ia melanjutkan, “Suatu saat aku menghadap Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, beliau menunggangi seekor unta dan menyuruhku naik dibelakangnya, maka berangkatlah kami dengan unta tersebut. Kemudian beliau menengadahkan wajahnya ke langit, dan berdoa, “Puji syukur kehadirat Allah, Yang Maha Berkehendak kepada makhluk-Nya menurut kehendak-Nya.”
Kemudian beliau Shallallahu ‘Alaihi Wasallam berkata, “sekarang aku akan mengisahkan satu cerita kepadamu yang apabila engkau hafalkan, akan berguna bagimu, tapi kalau engkau sepelekan, engkau tidak akan mempunyai hujjah kelak di hadapan Allah Subhanahu Wa Ta’ala.
AMAL YANG TERTOLAK
“Hai, Mu’adz! Allah menciptakan tujuh malaikat sebelum Dia menciptakan langit dan bumi. Pada setiap langit ada satu malaikat yang menjaga pintu, dan tiap-tiap pintu langit itu dijaga oleh malaikat penjaga pintu sesuai kadar pintu dan keagungannya. Maka, Malaikat hafazhah (malaikat yang memelihara dan mencatat amal seseorang) naik ke langit dengan membawa amal seseorang yang cahayanya bersinar-sinar bagaikan cahaya matahari. Ia, yang menganggap amal orang tersebut banyak, memuji amal-amal orang itu. Tapi, sampai di pintu langit pertama, berkata malaikat penjaga pintu langit itu kepada malaikat hafazhah, “Tamparkanlah amal ini ke wajah pemiliknya, aku ini penjaga tukang pengumpat, aku diperintahkan untuk tidak menerima masuk tukang mengumpat orang lain. Jangan sampai amal ini melewatiku untuk mencapai langit berikutnya.”
Keesokan harinya, ada lagi malaikat hafazhah yang naik ke langit dengan membawa amal shalih seorang lainnya yang cahayanya berkilauan. Ia juga memujinya lantaran begitu banyaknya amal tersebut. Namun malaikat di langit kedua mengatakan, “berhentilah, dan tamparkan amal ini ke wajah pemiliknya, sebab dengan amalnya itu dia mengharap keduniaan. Allah memerintahkanku untuk menahan amal seperti ini, jangan sampai lewat hingga hari berikutnya.” Maka seluruh malaikat pun melaknat orang tersebut sampai sore hari.
Kemudian ada lagi malaikat hafazhah yang naik ke langit dengan membawa amal hamba Allah yang sangat memuaskan, dipenuhi amal sedekah, puasa, dan bermacam-macam kebaikan yang oleh malaikat hafazhah dianggap demikian banyak dan terpuji. Namun saat sampai di langit ketiga berkata malaikat penjaga pintu langit yang ketiga, “Tamparkanlan amal ini ke wajah pemiliknya, aku malaikat penjaga orang yang sombong. Allah memerintahkanku untuk tidak menerima orang sombong masuk. Jangan sampai amal ini melewatiku untuk mencapai langit berikutnya. Salahnya sendiri ia menyombongkan dirinya di tengah-tengah orang lain".
Kemudian ada lagi malaikat hafazhah yang naik ke langit keempat, membawa amal seseorang yang bersinar bagaikan bintang yang paling besar, suaranya bergemuruh, penuh dengan tasbih, puasa, shalat, naik haji, dan umrah. Tapi, ketika sampai di langit keempat, malaikat penjaga pintu langit keempat mengatakan kepada malaikat hafazhah, “berhentilah, jangan dilanjutkan. Tamparkanlah amal ini ke wajah pemiliknya, aku ini penjaga orang -orang yang suka ujub (membanggakan diri). Aku diperintahkan untuk tidak menerima masuk amal tukang ujub. Jangan sampai amal itu melewatiku untuk mencapai langit yang berikutnya, sebab ia kalau beramal selalu ujub. Kemudian naik lagi malaikat hafazhah ke langit kelima, membawa amal hamba yang diarak bagaikan pengantin wanita diiring kepada suaminya, amal yang begitu bagus, seperti amal jihad, ibadah haji, ibadah umrah. Cahaya amal itu bagaikan matahari. Namun, begitu sampai di langit kelima, berkata malaikat penjaga pintu langit kelima, “Aku ini penjaga sifat hasud (dengki, iri hati). Pemilik amal ini, yang amalnya sedemikian bagus, suka hasud kepada orang lain atas kenikmatan yang Allah berikan kepadanya. Sungguh ia benci kepada apa yang diridhai Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Saya diperintahkan agar tidak membiarkan amal orang seperti ini untuk melewati pintuku menuju pintu selanjutnya..”
Kemudian ada lagi malaikat hafazhah naik dengan membawa amal lain berupa wudhu yang sempurna, shalat yang banyak, puasa, haji, dan umrah. Tapi saat ia sampai di langit keenam, malaikat penjaga pintu ini mengatakan, “Aku ini malaikat penjaga rahmat. Amal yang seolah-olah bagus ini, tamparkanlah ke wajah pemiliknya. Salah sendiri ia tidak pernah mengasihi orang. Apabila ada orang lain yang mendapat musibah, ia merasa senang. Aku diperintahkan agar amal seperti ini tidak melewatiku hingga dapat sampai pada pintu berikutnya.”
Kemudian ada lagi malaikat hafazhah naik ke langit ketujuh dengan membawa amal seorang hamba berupa bermacam-macam sedekah, puasa, shalat, jihad, dan kewara’a. Suaranya pun bergemuruh bagaikan geledek. Cahayanya bagaikan malaikat. Namun tatkala sampai di langit yang ketujuh, malaikat penjaga langit ketujuh mengatakan, “Aku ini penjaga sum’at (ingin terkenal / Riya). Sesungguhnya orang ini ingin dikenal dalam kumpulan, kumpulan, selalu ingin terlihat lebih unggul disaat berkumpul, dan ingin mendapatkan pengaruh dari para pemimpin.. Allah memerintahkanku agar amalnya itu tidak sampai melewatiku. Setiap amal yang tidak bersih karena Allah, itulah yang disebut Riya. Allah tak akan menerima amal orang-orang yang riya.”
Kemudian ada lagi malaikat hafazhah naik membawa amal seorang hamba : shalat, zakat, puasa, haji, umrah, akhlak yang baik, pendiam, tidak banyak bicara, dzikir kepada Allah. Amalnya itu diiringi para malaikat hingga langit ketujuh, bahkan sampai menerobos memasuki hijab-hijab dan sampailah kehadirat Allah.
Para malaikat itu berdiri dihadapan Allah. Semua menyaksikan bahwa amal ini adalah amal yang shalih dan ikhlas karena Allah Subhanahu Wa Ta’ala.
Namun Allah berfirman, ” Kalian adalah hafazhah, pencatat amal-amal hamba-Ku. Sedangkan Akulah yang mengintip hatinya. Amal ini tidak karena-Ku. yang dimaksud oleh si pemilik amal ini bukanlah Aku. Amal ini tidak diikhlaskan demi Aku. Aku lebih mengetahui dari kalian apa yang dimaksud olehnya dengan amalan itu. Aku laknat dia, karena menipu orang lain, dan juga menipu kalian (para malaikat hafazhah). tapi Aku tak’kan tertipu olehnya. Aku ini yang paling tahu akan hal-hal yang ghaib. Akulah yang melihat isi hatinya, dan tidak akan samar kepada-Ku setiap apapun yang samar. tidak akan tersembunyi bagi-Ku setiap apapun yang tersembunyi. Pengetahuan-Ku atas apa yang telah terjadi sama dengan pengetahuan-Ku akan apa yang akan terjadi. Pengetahuan-Ku atas apa yang telah lewat sama dengan pengetahuan-Ku atas apa yang akan datang. Pengetahuan-Ku kepada orang-orang terdahulu-Ku sebagaimana pengetahuan-Ku kepada orang-orang yang kemudian. Aku lebih tahu atas apapun yang tersamar daripada rahasia. Bagaimana bisa amal hamba-Ku menipu-Ku. Dia bisa menipu makhluk-makhluk yang tidak tahu, sedangkan Aku ini Yang Mengetahui hal-hal yang ghaib. Laknat-Ku tetap kepadanya."
Tujuh malaikat hafazhah yang ada pada saat itu dan 3000 malaikat lain yang mengiringinya menimpali, “Wahai Tuhan kami, dengan demikian tetaplah laknat-Mu dan laknat kami kepadanya.” Maka, semua yang ada di langit pun mengatakan, “Tetapkanlah laknat Allah dan laknat mereka yang melaknat kepadanya.”
TAHANLAH MULUTMU
Mu’adz pun kemudian menangis terisak-isak dan berkata, “Ya Rasulullah, bagaimana bisa aku selamat dari apa yang baru engkau ceritakan itu.?”
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam menjawab, ” Wahai Mu’adz, ikutilah nabimu dalam hal keyakinan.!”
Mu’adz berkata lagi, ‘Wahai Tuan, engkau adalah Rasulullah. sedangkan aku ini hanyalah si Mu’adz bin Jabal, bagaimana aku dapat selamat dan terlepas dari bahaya tersebut?”
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda, “seandainya dalam amalmu ada kelengahan, tahanlah mulutmu, jangan sampai menjelek-jelekkan orang lain, dan juga saudara-saudaramu sesama ulama. Apabila engkau hendak menjelek-jelekkan orang lain, ingatlah pada dirimu sendiri. Sebagaimana engkau tahu dirimu pun penuh dengan aib. Jangan membersihkan dirimu dengan menjelek-jelekkan orang lain. Jangan mengangkat dirimu sendiri dengan menekan orang lain. Jangan Riya dengan amalmu agar diketahui orang lain. Janganlah termasuk golongan orang yang mementingkan dunia dengan melupakan akhirat. Kamu jangan berbisik-bisik dengan seseorang padahal disebelahmu ada orang lain yang tidak diajak berbisik. Jangan takabur kepada orang lain, nanti akan luput bagimu kebaikan dunia dan akhirat. Jangan berkata kasar dalam suatu majelis dengan maksud supaya orang-orang takut akan keburukan akhlaqmu itu. Jangan mengungkit-ungkit apabila berbuat kebaikan. Jangan merobek-robek (pribadi) orang lain dengan mulutmu, kelak kamu akan dirobek-robek oleh anjing-anjing neraka jahannam, sebagaimana firman Allah, “Wannaasyithaati nasythaa.” (Di neraka itu ada anjing-anjing perobek badan-badan manusia, yang mengoyak-ngoyak daging dari tulangnya.)
Aku (Mu’adz) berkata : “Ya Rasulullah, siapa yang akan kuat menanggung penderitaan semacam ini ?”
Jawab Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, Wahai Mu’adz, yang kuceritakan tadi itu akan mudah bagi mereka yang dimudahkan oleh Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Cukup untuk mendapatkan semua itu, engkau menyayangi orang lain sebagaimana engkau menyayangi dirimu sendiri, dan membenci sesuatu terjadi kepada orang lain apa-apa yang engkau benci bila sesuatu itu terjadi kepadamu. Apabila seperti itu, engkau akan selamat, terhindar dari penderitaan itu.”
Khalid bin Ma’dan (yang meriwayatkan hadits itu dari Mu’adz RA) mengatakan, “Mu’adz sering membaca hadits ini sebagaimana seringnya ia membaca Al-Qur’an, mempelajari hadits ini sebagaimana ia mempelajari Al-Qur’an dalam majelisnya.
Subhanallah.....
Ambil lah hikmah dari kisah di atas.. Semoga ALLAH Subhanahu Wa Ta’ala limpahkan kita dalam iman dan takwa kepada-Nya kapan dan dimanapun kita berada. Aamiin
Silahkan Bagikan di halamanmu agar kamu dan teman-temanmu senantiasa istiqomah dan bisa meningkatkan ketakwaannya kepada ALLAH Subhanahu Wa Ta’ala.
Wassalamu’alaikum
Warahmatullahi Wabarakatuh.
Ummu5nur.blogspot.com
No comments:
Post a Comment